Minggu, 25 Maret 2012

SRC Maret 2012

Judul Buku : Anna soen nio
Penulis : Motinggo Busye
Tahun terbit : 1983

Judul novel ini merupakan nama dari sang tokoh Utama - Anna Soen Nio.
Saya menemukan novel ini di toko buku bekas terminal Blok-M, seharga Rp.5.000,-
Nilai yang bagi sebagian besar The Jakartans adalah nilai yang akan habis dalam sekali camilan (bisa jadi kurang). Dan saya pun, mungkin gak akan membawanya pulang, kalau bukan karena teringat pernah membaca novel karya Motinggo Busye sewaktu SMP atau SMA.
Tapi kawan, buku lawas ini seharusnya masuk kategori buku langka yang dihargai tinggi, mengingat pesan moralnya yang dalam.

Petuah-petuah berharga dari Einstein, Kong Hu Cu dan Nabi Muhammad, diselipkan diantara dialog-dialog tanpa kesan menggurui pembaca. Begitupun ajaran agama, sopan santun dan tata krama, disampaikan sambil bercerita.
Misalnya dialog antara bapak mertua Anna dan ibu mertuanya (Mr. Oey dan istrinya)

"Ucapan mulia bisa juga diucapkan manusia biasa seperti Einstein."
"Einstein?"
"Ya. Einstein. Dia pernah berkata: Belas kasihanlah terhadap sesama manusia, tetapi berlaku keraslah terhadap diri sendiri."

Baiklah,..
Buku ini bercerita tentang kehidupan Anna Soen Nio. Gadis keturunan Cina yang sangat Indonesia, suka duka dan kisah cintanya. Bagaimana seorang Anna Soen Nio jatuh cinta kepada dosennya. Perjuangan Anna setelah diusir keluarga karna memilih menjadi Muallaf, dan akhir kisah cintanya dengan pemuda pilihan keluarga.
Intinya, Anna Soen Nio adalah sosok wanita yang hampir sempurna, penyabar, jujur dan setia.
walau sudah disakiti sang suami, tapi tetap sabar dan tetap setia. Walau sempat diusir keluarga, tapi tetap berbakti kepada kedua orang tua. Yang saya yakini, di jaman ini sudah langka sekali perempuan seperti Anna.

Gaya penulisan di buku ini, jelas berbeda dengan buku-buku terbitan sekarang. Prosa-Prosa indah mewakili hati si tokoh utama, hampir gak ada. Misalnya saja seperti ketika Anna menerima cinta Han Soon (Pria pilihan ayah Anna).

"Sudah siap menjawab?" Tanya Han Soon
"Sudah, Alhamdulillah," sahut Anna
"Gimana putusannya?"
"Positif"
"Positip?"
"Positip" Sahut Anna
"Jika demikian saya patut bersyukur pada Tuhan, dong?"

Begitulah, saya sempet senyum-senyum sendiri membaca bagian ini. Membayangkan misalnya saya menjawab cinta seseorang, dengan satu kata "Positif."

Di awal-awal membacanya, terus terang yang saya rasakan adalah ngantuk. Serasa ngobrol dengan bapak-bapak berbeda generasi yang lagi cerita tentang temannya pas jaman dia masih muda.
Perjuangan saya menahan ngantuk dan terus membaca ternyata gak sia-sia, setelah terus membaca dan mulai akrab dengan gaya bercerita sang penulis, belakangan rasanya seperti melewati mesin waktu dan berada pada saat kejadian dalam cerita ini berlangsung. Nyaman, memijakkan kaki ke tahun 1980-an.

Cara mendeskripsikan lokasi pun berbeda dengan novel terbitan sekarang. Deskripsinya sebenarnya cukup jelas, buat pembaca yang tinggal di Jakarta, tapi kalau yang di daerah, biarlah mereka-reka sendiri.

Begitulah kawan, tulisan bernilai tak akan lekang jaman. Gak akan usang dimakan usia.
walau kertas menguning dan rapuh, tapi penokohan Anna Soen Nio di buku ini sungguh kuat, dapat dengan jelas saya rasakan, kesedihan dan ketegarannya.

Rate : 4/5


Pengakuan,25/03/12

Baiklah,..

Kalau kalian mau tau,..
Aku pun sebenernya sudah jenuh dengan hidupku,
mau diapakan lagi?

Berkali,kali
ditolak cinta lelaki,
(gak secara langsung sih,.. )

Well God,
I just wanna be happy,
That's it,..

:D